“...Tak sedikit asam
garam kehidupan telah kulalui. Berkali-kali aku naik turun, jatuh bangun. Entah
sudah sejauh mana aku berjalan tertatih, atau mungkin berlari. Tak lagi bisa
kujelaskan dengan kata-kata rangkaian peristiwa manis pahit dalam hidupku. Tapi
apapun itu yang aku alami, telah menjadikanku pribadi yang lebih baik.
Mendewasakan diriku. Memberikan aku pelajaran. Membuka mataku. Melapangkan
dadaku. Dan proses itu akan terus berlangsung. Aku tak tahu sampai kapan aku
diproses. Mungkin sampai mati. Yang pasti aku belajar dari setiap proses dalam
hidupku. Dan kuabadikan prosesku itu dalam karya.
Saat aku berkarya, aku
lakukan sepenuhnya dari hati nurani, melalui intuisi, untuk menentramkan jiwa.
Aku tak pernah berpikir hasil karyaku akan seperti apa. Mau bagus atau jelek,
itu urusan nanti. Aku hanya ikuti isi hatiku tentang apa yang akan kugambarkan.
Konsep atau makna dasar dari apa yang akan kubuat. Lalu aku telusuri apa saja
yang muncul dalam imajiku. Membiarkan semua mengalir sampai akhirnya aku
rasakan ketentraman dalam jiwaku. Kebahagiaan.
Aku tak mengerti
bagaimana orang-orang mengartikan keindahan. Aku tak tahu apakah karyaku indah
bagi mereka. Bagiku, setiap apa yang aku lakukan, jika diniatkan untuk kebaikan
dan dilakukan murni dari hati nurani, akan terasa indah. Mungkin ada yang
sependapat denganku. Mungkin juga lebih banyak yang tidak bisa rasakan keindahan
karena tertutup mata hatinya. Aku tak peduli. Selama aku masih bisa berkarya,
aku akan lakukan.
Aku memang bukan apa-apa atau siapa-siapa. Aku hanya manusia biasa. Tapi jauh di dalam diriku, tersimpan sesuatu yang tak biasa. Jiwa. Maka karena dan untuk jiwakulah aku berkarya..”